Sabtu, 26 April 2008 00:12 WIB
Orang Batak Rentan Terserang Kanker Hidung
MEDAN, WASPADA Online
Orang (etnis) Batak diketahui paling rentan untuk bisa terserang dan mengidap penyakit kanker hidung atau Karsinoma Nasofaring (KNF) dibandingkan suku lainnya di Sumatera Utara. Salah satu penyebabnya, karena etnis Batak memiliki faktor genetis berupa Gen HLADRB 108 yang mudah diserang KNF, sama seperti orang-orang di China Selatan.
"Di samping faktor genetis tadi, etnis Batak bisa rentan KNF juga karena kebiasaan makan ikan asin," kata dr Delfitri Munir Sp.THT dari Yayasan Kanker Indonesia (YKI) Sumut dalam sosialisasi upaya deteksi dini KNF di Hotel Danau Toba Medan, Jumat (25/4).
Menurut dr Delfitri, pemicu timbulnya KNF adalah zat kimia Nitrosamin yang ada pada ikan asin. Berdasarkan penelitian, kemungkinan adanya nitrosamin di ikan asin dikarenakan proses pengeringan yang melalui proses penjemuran di bawah terik sinar matahari.
"Sinar ultraviolet dari matahari ditengarai yang membentuk nitrosamin pada ikan asin. Jika ikan asin yang ada nitrosaminnya dikonsumsi anak di bawah umur 10 tahun yang kekebalan tubuhnya masih lemah, akan berakibat kepada terpicunya virus yang ada dalam tubuhnya berubah menjadi ganas. Masa inkubasi virus ini memakan waktu 20 tahun, makanya banyak penderita KNF diketahui setelah berumur 40-an tahun," ujar dr Delfitri.
Gejala KNF, kata dr Delftiri lagi, tidak khas seperti orang terserang penyakit flu biasa yakni pilek, telinga berdenging, sakit kepala namun sulit disembuhkan juga sesekali ingus bercampur darah. "Jadi secara umum sangat sulit untuk mendeteksi penyakit ini. Alat deteksinya hanya ada pada dokter THT (Telinga, Hidung, Tenggorokan) bernama naso endoskopi," ungkapnya.
Sementara Ketua Umum YKI Sumut, Ny Vera Natarida Pardede br Tambunan menjelaskan, sosialisasi ini dimaksudkan agar masyarakat mengetahui lebih awal penyakit yang mematikan ini sehingga paramedis dengan mudah dapat melakukan pengobatan/penyembuhan.
Menurut istri Gubernur Sumut itu, beberapa kasus yang dijumpai para medis di rumah sakit, pasien pengidap penyakit KNF selalu datang dalam kondisi stadium 3-4 yang sudah sulit sekali untuk disembuhkan.
"Jika datang dalam stadium 3-4, biasanya kemungkinan untuk bertahan hidup sudah sangat tipis, paling bisa 2-3 tahun saja," tukas Ny Vera seraya menambahkan jika datang dalam kondisi stadium 1-2, angka harapan hidup bisa lebih panjang.
Hal itu terbukti, karena saat ini ada pasien KNF yang sudah 15 tahun sejak diberi pengobatan berupa radioterapi dan kemoterapi masih bertahan hidup dan bisa melakukan aktivitas.
Diakui, melalui sosialisasi ini diharapkan masyarakat mau melakukan check up secara teratur 6 bulan sekali hingga jika terdeteksi bisa diobati secara dini. Untuk membantu warga melakukan chek up, bisa dilakukan di Fakultas Kedokteran USU mulai Selasa 29 April 2008, saat pertama digelarnya sosialisasi KNF.
No comments:
Write comments