Suriah tidak hanya dikenal dengan kota-kota modernnya, tetapi juga menyimpan sejumlah perkampungan kuno yang telah lama ditinggalkan dan kini menjadi cagar budaya.
Salah satu contoh paling menonjol adalah kota kuno Serjilla, yang terletak sekitar 35 kilometer selatan Idlib. Kota ini berasal dari periode Romawi dan Bizantium, berusia sekitar 1.600 tahun, dari abad ke-4 hingga ke-6 Masehi.
Penduduk asli Serjilla pada awalnya menganut paganisme sebelum memeluk agama samawi. Transformasi keyakinan ini tercermin dalam arsitektur dan sisa-sisa bangunan keagamaan di kota tersebut.
Serjilla dikenal karena perkembangan peradaban dan arsitekturnya yang maju pada masanya. Bangunan-bangunan kota ini memiliki desain canggih, termasuk ventilasi di dinding dan jendela yang menghadap ke selatan untuk pencahayaan optimal.
Beberapa struktur penting masih terlihat, seperti rumah ibadah, istana, pemandian umum, dan pabrik minyak zaitun. Peninggalan ini menunjukkan kemampuan teknik dan ekonomi masyarakat Serjilla yang mandiri.
Pemandian umum di Serjilla memiliki sistem unik yang terbagi menjadi tiga bagian: dingin, sedang, dan panas, untuk menyesuaikan preferensi pengguna. Sistem ini menjadi bukti kemajuan sosial dan budaya kota kuno tersebut.
Kota ini juga memiliki sistem air bawah tanah yang rumit, kemungkinan digunakan untuk mengumpulkan air hujan atau sumber air tanah. Beberapa sumur bahkan masih berfungsi hingga saat ini.
Ekonomi Serjilla dulunya didukung oleh pertanian, perdagangan, dan peternakan. Kota ini memiliki area khusus untuk hewan ternak, lengkap dengan tempat pakan dan minum yang diukir dari batu.
Makam-makam kuno, termasuk makam anak-anak dan orang dewasa, ditemukan di kota ini. Beberapa makam dihiasi ukiran yang detail, menandakan keyakinan mereka tentang kehidupan setelah kematian.
Nama Serjilla diyakini berasal dari bahasa Romawi, mencerminkan pengaruh budaya dan budaya kota tersebut.
Lingkungan sekitar Serjilla dipenuhi pohon zaitun, menunjukkan sejarah panjang masyarakatnya dalam budidaya tanaman ini. Budidaya zaitun menjadi salah satu sumber ekonomi dan simbol identitas lokal.
Kota Serjilla ditinggalkan kemungkinan karena gempa bumi atau masalah politik yang membuat kota ini tidak lagi berpenghuni. Sejak itu, kota tetap kosong dan menjadi cagar budaya.
Beberapa situs mengalami penjarahan dan penggalian ilegal, yang mengancam kelestarian warisan sejarah Suriah. Aktivitas ilegal ini menjadi perhatian serius bagi arkeolog dan pemerintah.
Meskipun tidak terdaftar sebagai situs UNESCO, beberapa cagar budaya di Suriah telah difungsikan kembali oleh pengungsi sebagai sekolah, fasilitas umum, atau tempat tinggal sementara.
Pemanfaatan kembali ini menunjukkan adaptasi masyarakat Suriah terhadap ruang yang ada, sekaligus menjaga keberlanjutan cagar budaya yang terlupakan.
Selain Serjilla, Suriah memiliki banyak kota dan perkampungan kuno lainnya yang ditinggalkan sejak masa konflik, yang kini menyimpan potensi untuk penelitian sejarah dan pengembangan sosial.
Pemeliharaan dan rehabilitasi cagar budaya ini penting untuk pendidikan sejarah, baik bagi warga lokal maupun untuk menarik perhatian internasional.
Dengan kembalinya pengungsi ke beberapa area, fungsi baru cagar budaya membantu memenuhi kebutuhan pendidikan dan fasilitas dasar masyarakat yang terdampak konflik.
Kajian sejarah kota-kota kuno seperti Serjilla memberikan wawasan mendalam tentang peradaban Romawi dan Bizantium di Suriah, sekaligus menyoroti kemampuan masyarakat dalam memanfaatkan ruang sejarah untuk kebutuhan kontemporer.
Serjilla menjadi simbol perpaduan antara warisan sejarah dan ketahanan masyarakat Suriah, yang terus menemukan cara untuk hidup berdampingan dengan peninggalan masa lalu sambil membangun masa depan.
No comments:
Write comments